17.12
2
Sore ini saya dengar kembali kisah tentang ibunda salah satu sahabat saya luar biasa. Beliau, di usianya yang cukup muda, sering memberikan sentilan-sentilun ke kami yang jauh lebih tua dari beliau, dengan kata-katanya yang penuh dengan kebaikan dan disampaikan dengan cara yang baik. Saya sendiri kadang merasa sahabat saya ini seperti adik perempuan yang saya tidak punya. Lain kali akan saya ceritakan tersendiri tentang beliau di lain waktu, tapi sekarang kembali lagi ke topik yang sesuai dengan judul di atas.

Ibunda sahabat ini meninggal dunia saat melahirkan adiknya yang bungsu, dan meninggalkan suaminya dengan empat orang anaknya yang masih belum mentas.

Sebuah momen, yang oleh para wanita muslim sangat diimpikan karena keutamaannya yang sangat luar biasa.

Dari cerita yang disampaikan oleh sahabat saya ini, saya yang hanya membayangkan saja, dan pun sudah mendengar sebelumnya, masih bergetar hati ini saat mendengarnya. Tak terbayang apa yang sahabat saya & keluarganya rasakan saat itu.

Yang membuat hati ini gerimis adalah bayangan jika saya yang mengalami momen seperti itu, baik itu jika saya adalah kakaknya atau pun ayahnya.

Tapi mereka adalah keluarga yang hebat, mereka hanya menangis sebentar saja, dan sahabat saya pun saat menceritakannya dengan biasa namun tidak mengurangi 'feel' dari kejadian saat itu.

Beberapa kali saat kita berbincang, baik itu di kantor maupun dalam perjalanan, sahabat saya ini banyak bercerita tentang keluarganya yang sangat luar biasa.

Betapa ayahnya yang seorang guru itu, ternyata sangat bijaksana dengan cara berpikirnya yang sederhana.

Atau kakak laki-lakinya, yang punya otak encer banget, nikah ga lama setelah lulus S1-nya, dapat kerjaan yang sangat bagus, dan sudah cukup mapan di usianya yang baru di pertengahan 20 tahunan.

Atau sahabat saya sendiri, yang di usianya yang belum genap 21 tahun, sudah tamat S1-nya dengan hasil cum laude, dan langsung kerja di perusahan hebat juga yang sama dengan saya dan bersama team hebat juga..

Atau adik wanitanya yang baru SMP, betapa dia sangat kritis di usia ABG-nya. Atau terakhir adik bungsunya, yang seumuran dengan anak pertama saya yang baru 4.5 tahun, yang pertumbuhan fisiknya sangat baik dan punya kecerdasan yang melebihi anak-anak seusianya, padahal adiknya ini tidak sempat menikmati setetes pun ASI ibunya.

Atau ibundanya, yang semasa hidupnya adalah seorang SuperMother + SuperWife, yang serba bisa, cara didik anak-anaknya yang spesial, dan juga Ibu RT yang sangat helpful. Para tetangga sangat kenal dengan sosok ibundanya yang ramah ini.

Di keterbatasan saya dalam menyampaikan post ini, yang sangat membekas di saya adalah sahabat muda saya ini lahir dari keluarga hebat yang outputnya juga menghasilkan anak-anak yang luar biasa yang kadang membuat saya iri juga.

NB: Kalau ada informasi saya yang kurang tepat mohon diingatkan ya, apalagi kalau Saksi Korban baca ya..

2 komentar:

  1. Nope. Ga ada yg salah..
    Subhanallah, terimakasih ya, pak..
    Terimakasih sudah mendengarkan, menuliskan,atas kepercayaan, juga segala bimbingan.. :D

    BalasHapus
  2. greges.... merinding... terharu...terhenyuh... dlsb kata-kata yang menggambarkan simpatik yang amat sangat. mengapa? saya yang ditinggal ayah di usia SMU saja, rasanya entah seperti apa. ini, terutama adik bungsunya (keren kamu dik), setetespun tidak merasakan ASI sang malaikat dunia. ah... ibu... maafkan aku yang belum bisa berbuat banyak untukmu (instropeksi diri).

    buat mas ram, lanjutkan !!!

    BalasHapus