16.25
0
Rasa-rasanya baru diskusi semalam antara saya dan istri yang seperti menampar pipi ini yang mengingatkan sesuatu hal yang selama ini ternyata saya kurang perhatikan, yaitu ETOS Kerja istri saya.

Entah sudah keberapa kali saya berargumen "cape-lah", baru pulang kerja-lah, atau Aa ngantuk ya De, tidur dulu 30 menit aja.., jika saya ada di rumah dan diminta oleh istri saya untuk menjaga anak-anak atau pekerjaan rumah lainnya.

Sepertinya sekarang saya merasa berdosa sekali kalau menolak hal tersebut, meskipun, hati ini pengennya malas-malasan kalau sedang ada di rumah. Hanya dari curhat istriku yang kesekian kali, saya baru sadar semalam, betapa istriku bekerja setiap hari, dari mulai sebelum matahari terbit, sampai sesaat sebelum mata saya terpejam, "tanpa istirahat".

Ya benar-benar tanpa istirahat, karena selalu saja ada yang harus dikerjakan, dari memandikan anak-anak, merayu si sulung untuk segera pakai baju dan berangkat sekolah, memberi makan si sulung dan nomor dua, dan dilanjutkan memberi makan si nomor 3 yang sudah mulai mengenal makanan padat, menjemur pakaian, menyapu dan mengepel lantai, boboin si nomor 3, beresin mainan si nomor 2, buatin susu si nomor 2, mulai masak untuk makan siang dan malam, dan seterusnya dan seterusnya sampai semuanya kembali tidur lagi di malam hari.

Benar-benar tanpa istirahat kalau konteksnya disamakan dengan kita-kita yang "ngantor" ini. Yang namanya mau tidur siangpun jarang sekali istri saya bisa lakukan. Hal ini baru ketahuan ketika saya memaksa istri saya untuk membaca buku lagi.

Sepertinya sangat berbeda dengan kita-kita yang ngantor ini, khususnya ditempat saya, setiap hari pasti ada bel istirahat agar kita bisa beristirahat sejenak sebelum kembali bekerja. Atau di sela-sela waktu kita bekerja, masih sempat rasanya kita baca informasi-informasi kurang berarti baik itu dari email atau internet, atau pasti kita masih sempat untuk sedikit chit-chat dengan teman di sebelah kita atau diujung telepon sana.

Malu rasanya hati ini..

Kalau merasa agak malas dalam bekerja, atau membuang waktu kerja kita sia-sia, atau bekerja tunggu setengah hati, atau perilaku-perilaku miring kita di tempat kerja.

Istri saya yang sepertinya hanya melakukan kerja sederhana saja, bisa jauh lebih baik dari itu.

Jadi bagi kita-kita para pekerja ini, ayo jangan siasiakan perjuangan istri kita atau ibu-ibu kita, yang memiliki dedikasi tinggi di profesi hebatnya sebagai Ibu Rumah Tangga, berdedikasi tinggi di tempat kerja kita masing-masing.

Wassalam....

0 komentar:

Posting Komentar