11.55
0
Manusia memang makhluk yang tidak pernah puas. Selalu saja ada keinginan baru di atas keinginan yang lain.

Kali ini anak saya yang pertama memberi saya pelajaran yang bisa kita ambil hikmahnya.

Saat masih belum bisa bersepeda roda dua, tiap ada waktu selalu kita motivasi untuk mau belajar naik sepeda. Apalagi kalau lihat teman-teman sebayanya yang sudah lancar bersepeda roda dua.
Melihat anak saya yang masih takut-takut untuk duduk di jok sepedanya, kita, saya terutama, meminta dia untuk tidak takut, karena roda bantunya akan menahan badan dia saat kakinya terangkat dari tanah.

Setelah dia tidak takut duduk di atas sepeda, namun masih ragu-ragu untuk mengayuh pedal sepeda dan hanya berani mengayuh pelan-pelan saja, saya, memotivasinya untuk mengayuh lebih cepat. Apalagi kalau melihat dia "terjebak" di jalanan yang tidak rata karena roda bantunya yang sejajar dengan roda utama agak mengganjal sehingga roda utama terangkat, dan kayuhan kakinya menjadi sia-sia karena hanya jalan ditempat. Melihat ini biasanya kita menasehatinya dengan, "makanya 'goes'nya yang cepat, biar jalannya ngebut."

Akhirnya akhir pekan kemarin, anak saya berhasil juga mencapai salah satu kesuksesannya, yaitu berhasil bersepeda roda dua dengan lancar, walaupun roda bantunya masih menempel di sepeda. Roda bantu sebenarnya hanya sebagai sugesti dia bahwa masih aman naik sepeda tanpa harus takut jatuh, walaupun secara fungsi sudah tidak terpakai lagi.

Nah setelah lancar naik sepeda dan kita melihatnya langsung 'ngebut', muncullah teriakan, "jangan ngebut-ngebut, jalannya pelan-pelan aja."

Yang tadinya kita minta dia untuk melaju cepat, sekarang kita minta dia untuk melaju lambat. Untunglah dia masih Balita, tidak terlalu pusing dengan permintaan orang tuanya yang agak mencla-mencle ini.

Pelajarannya: Keinginan itu memang tergantung kondisi, jadi kita memang tetap harus bersyukur kalau sudah berusaha sekuat tenaga keinginan kita belum tercapai, semua pasti ada hikmahnya (Kayanya agak kurang berhubungan dengan tulisan di atas ya, tapi pokoknya kaya gitu deh)

NB:
"Dibuat saat kita mulai teriak-teriak khawatir ketika si Sulung sudah mulai keranjingan sepeda dan mulai ngebut dengan sepedanya."

Update:
Kemarin (29 Desember 2011), anak pertama saya telah berhasil lancar bersepeda roda dua, dan langsung memamerkannya saat saya pulang kerja. Gara-garanya, waktu Oom-nya main kemarin, dia minta dibetulin rantai sepedanya yang sering lepas. Si Oom, karena melihat rantainya kendor terus gara-gara as roda-nya yang kendor dan agak maju, langsung melepas mur-mur as roda belakang, dan termasuk juga melepas kedua roda bantu. Nah karena bukan mekanik, saat pasang ulang dia tak bisa memasang kembali roda bantunya, dan jadilah dia bilang ke anak saya coba dulu ajah, siapa tahu bisa.
Nah anak saya karena gengsi atau memang sudah ga sabar untuk main sepeda lagi, langsung mencoba, dan hasilnya dia memang sudah langsung bisa bersepeda roda dua. Dan kata si Mamah-nya, dia juga langsung bisa naik-naik ke trotoar rumah orang yang lumayan tinggi dengan sepedanya.

0 komentar:

Posting Komentar