14.52
0
Alkisah sebutir buah kelapa 'senior' yang sedang asik menikmati hembusan angin tersadar kaget oleh hentakan bambu si petani yang menohoknya dari bawah pohon.

Saking kagetnya, si buah kelapa itupun jatuh bebas terbanting ke tanah.
Jaraknya 10 meter di ketinggian, membuatnya memar-memar setelah terjatuh.

Tak cukup sampai di situ saja, baru sejurus dia meringis menahan sakitnya, si petani sudah menusuk tubuhnya dengan ganco dan menghempaskannya ke gerobak didekatnya.
Tubuhnya tergeletak bersama kelapa-kelapa lain yang senasib dengannya.

Penderitaannya berlanjut, setelah tubuhnya ditindih oleh kelapa lainnya, gerobak itu mulai bergerak dan mengguncang-guncang buah kelapa tersebut. Rasa pusing muncul menambahkan rasa sakit yang timbul sebelumnya.

Sesampainya di rumah si petani, ia terbelalak kaget melihat teman-temannya dicabik-cabik oleh golok petani yang lain.
Ingin rasanya ia berlari melompat gerobak tersebut, tapi apa daya, tangan & kakinya tidak bisa digerakkan karena hanya ada di dalam imajinasinya saja.

Tiba-tiba, "Slebb!", golok petani itu telah menancap ditubuhnya, dan membawanya ke tempat temannya dicabik-cabik tadi.
Dan sedetik kemudian dirinyalah yang dicabik-cabik. Lalu setelah batok "tulangnya" terlihat, masih juga dihantam hingga keluarlah isi cairan tubuhnya.

Setelah habis tak bersisi, kini sang petani bersiap membelah tubuhnya. "Prakk!", dengan satu tebasan, terbagi dualah tubuhnya.
Tak sampai disitu, setelah tubuhnya terbelah, istri sang petani itu mencongkel-congkel tubuhnya hingga lepas seluruh dagingnya.

Bongkahan dagingnya kemudian di parut sampai tuntas. Kumpulan serpihan dagingnya kemudian dicampur air dan diperas hingga keluar sarinya dan menjadi santan.

Dari alam baka kelapa ini merasakan nyeri tak berperi atas penyiksaan yang dialaminya.

Terakhir para petani itu menyiksa sisa-sisa sari dirinya dengan api kecil dan dalam waktu yang lama. Sebuah cara penyiksaan yang sangat menyiksa.
Saat air-air yang terkandung di sari dirinya telah menguap, tinggallah kandungan minyaknya yang disambut dengan senyum sang petani.

Petani itu berkata, "Terima kasih hai kelapa, kau kini menjadi benda yang sangat berharga untukku. Pengorbanan mu sedari tadi tidak sia-sia, Aku akan menyimpanmu dengan baik sebagai obat dari banyak penyakit yang mungkin akan menerpa keluargaku."

Pelajaran dari kisah ini adalah, terkadang kita memang harus mengalami perjuangan yang luar biasa dulu sebelum berhasil. Oleh karena itu jika Anda sedang mengalami kesusahan, jangan sedih, tetap nyalakan semangat Anda, karena siapa tahu itu jalan Anda menuju keberhasilan.

Wassalam.

0 komentar:

Posting Komentar